Merosot di Pemilu Luwu 2024, PKS dan Perindo Butuh Evaluasi Internal

SUARAPELOSOK.COM, LUWU – Hasil Pemilu Legislatif 2024 di Kabupaten Luwu menjadi pukulan telak bagi dua partai yang sempat bersinar pada tahun 2019 lalu. PKS yang sebelumnya mengamankan tiga kursi, kini hanya mampu mendapat satu kursi.

Nasib serupa dialami Perindo yang pada pemilu lima tahun lalu mendulang empat kursi, kini juga merosot hanya dengan satu kursi.

Penurunan tajam ini merupakan salah satu faktor yang tak bisa diabaikan dimana semakin dominannya partai-partai besar seperti NasDem, Golkar, Gerindra, dan PDI Perjuangan di wilayah Luwu.

Partai-partai itu memanfaatkan infrastruktur politik yang kuat, mesin partai yang tertata, serta strategi kampanye yang agresif untuk menyapu dukungan di berbagai daerah pemilihan.

Dalam situasi seperti ini, partai-partai kecil dan menengah kerap tertinggal, bukan karena tak punya kader potensial, tapi karena kalah dalam hal logistik, pengaruh, dan strategi distribusi suara.

Sulaeman Ishak, satu-satunya wakil PKS yang lolos ke DPRD Luwu periode ini mengatakan, partainya kini perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh. Ia menekankan pentingnya konsolidasi dari tingkat pusat hingga akar rumput, agar PKS tak kehilangan relevansi di mata publik.

“PKS perlu evaluasi saat ini, dengan meningkatkan elektabilitas partai. Butuh konsolidasi sehingga semua perangkat partai mulai dari atas sampai ke bawah bisa efektif,” ungkapnya.

Pernyataan ini memberi isyarat bahwa PKS melihat masalah bukan hanya pada pemilih, tetapi juga pada struktur internal partai yang belum maksimal dalam menyampaikan visi dan programnya ke masyarakat.

Sementara itu, Perindo menghadapi tantangan yang sama. Meski sempat mengejutkan publik dengan empat kursi pada 2019, partai ini tidak mampu bertahan.

Andi Mappatunru, dari Partai Perindo anggota DPRD Luwu turut memberikan tanggapannya. Ia menyoroti lemahnya konsolidasi internal dan tidak adanya figur baru yang mampu menarik perhatian publik.

“Kami akui, salah satu kelemahan kami adalah kurangnya regenerasi dan figur lokal yang menonjol di dapil-dapil strategis,” kata Mappatunru

Ia menyebut Perindo butuh arah baru yang lebih segar dan adaptif terhadap perubahan perilaku pemilih, khususnya generasi muda. Ia juga menekankan pentingnya membangun jaringan politik berbasis komunitas dan memperkuat kembali komunikasi antarstruktur partai.

Situasi ini menjadi pelajaran penting bagi PKS dan Perindo, bahwa eksistensi di panggung politik daerah tidak cukup hanya dengan kehadiran sesaat.
Konsistensi, kejelasan visi, pendekatan langsung ke masyarakat, dan penguatan figur lokal menjadi faktor utama untuk tetap bertahan dan bersaing.

Dengan sisa satu kursi, kedua partai ini masih punya peluang untuk bangkit. Namun, waktu menuju Pemilu 2029 akan menjadi ujian serius, apakah mereka mampu berbenah, atau akan semakin tergerus oleh gelombang dominasi partai-partai besar. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content